MUNGKIN
`~~~~~~~~
Aroma embun tercium
olehku. Rintik demi
rintik hujan telah membasahi jendela kamarku.
Kelabu mewarnai langit, membantuku
semakin terikat dalam sendu
rintik hujan telah membasahi jendela kamarku.
Kelabu mewarnai langit, membantuku
semakin terikat dalam sendu
Sesekali ku
tenggok ponsel dalam genggamanku. Nihil, tak
ada tanda dari laki-laki yang begitu aku cintai. Sudah satu
bulan belakangan, aku tak lagi berkomunikasi denganya.
ada tanda dari laki-laki yang begitu aku cintai. Sudah satu
bulan belakangan, aku tak lagi berkomunikasi denganya.
Sesaat ku memejamkan mataku, ku coba
menggingat kembali kenangan itu
Perlahan terlihat kembali kenangan itu. Di saat kami duduk di sebuah caffe di dekat sawah waktu itu. Saat itu cuaca mendung seperti saat ini. Saat saat dimana kau tersenyum, tertawa, bahkan termangu karna ulah konyolku. Hufttt, saat yang ku yakini, saat yang tak akan terulang.
Perlahan terlihat kembali kenangan itu. Di saat kami duduk di sebuah caffe di dekat sawah waktu itu. Saat itu cuaca mendung seperti saat ini. Saat saat dimana kau tersenyum, tertawa, bahkan termangu karna ulah konyolku. Hufttt, saat yang ku yakini, saat yang tak akan terulang.
“”Tapi, kemana kau sekarang? Tidakkah ia
merindukanku seperti aku merindukanya? Masihkah ia ingat padaku. Akankah
penantianku berakhir dengan kecewa? Atau kebahagiaan?
Mungkin, tak ada yang tahu. “ Sederet kalimat itu membuyarkan lamunanku. Membuatku enggan melanjutkan lamunanku lagi
Mungkin, tak ada yang tahu. “ Sederet kalimat itu membuyarkan lamunanku. Membuatku enggan melanjutkan lamunanku lagi
Aku beranjak dari sofa, dengan gontai kulangkahkan
kakiku ke tempat tidur.
Tiap langkah yang kuambil, tak mampu mengusir sosokMu dalam benakku. Ku
banting diriku di atas kasur yang empuk, mencoba untuk terlelap sejenak.
Tiap langkah yang kuambil, tak mampu mengusir sosokMu dalam benakku. Ku
banting diriku di atas kasur yang empuk, mencoba untuk terlelap sejenak.
“Apa aku mencintainya? Ku akui, aku memang
mencintainya. Begitu pula yang ia katakana padaku satu bulan yang lalu,. Tapi
apa dia masih mencintaiku??? Bahkan, apa pernah dia termanggung hanya demi
memikirkan aku? Mungin.”
Semua kalimat itu seperti bersahut sahutan
dalam hatiku. Dan selalu, hanya kata yang mungkin yang dapat mengahiri dilemma
yang kurasakan.
“Apa aku tidak jenuh denan semua ini? Ya!
Tentu aku jenuh, aku jenuh jikalau aku tak mampu melihatnya langsung. Namun ia
harus terus memenui benakku, membayang-bayangi hidupku, membuatku dilemma
layaknya ada jati diri lain dalam diriku. Aku jenuh. Aku ingin melihatmu secara
langsung, bukan hanya halusinasi yang terjadi karna persengkokolan antara mata,
hati, dan otakku.
Aku merindukanya. Ku rasa rindu ini telah
merusak otakku. Sehingga aku terus menerus berhalusinasi dan merasa jika kau
ada didekatku. “Dimana kamu,?aku rindu kamu. Akankah kamu baik baik saja di
sana?” hatiku kembali bimbang. Kalimat kalimat itu semakin meracuni otakku.
Semakin menyedotku lebih dalam akan ketidakpastian L L L L
0 komentar:
Posting Komentar